Kamis, 12 Juni 2014

Resensi film tentang Nasionalisme

KING (2009)



Sutradara                     : Ari Sihasale
Produser                      : Ari Sihasale
Penulis                         : Dirmawan Hatta
Pemeran                      : Rangga Raditya
                                      Lucky Martin
                                      Surya Saputra
                                      Mamiek Prakoso
                                      Ariyo Wahab
                                      Wulan Guritno
                                      Aa Jimmy
                                      Valerie Thomas
                                      Jonatan Chistie

Nun jauh di pelosok, di Jampit, salah satu kelurahan di Banyuwangi, cerita ini berasal. Adalah Pak Tejo (Mamik Prakoso) yang memiliki anak semata wayang bernama Guntur (Rangga Raditya). Pak Tejo sangat tergila-gila pada olah raga bulutangkis hingga hampir seluruh hidupnya ‘mengabdi’ untuk bulutangkis. Mulai dari menjadi komentator pertandingan tepok bulu di kampungnya, menjadi pengumpul bulu untuk dijual di sentra pembuatan kok, memakai jaket bertuliskan Indonesia setiap hari, hingga mendidik anaknya untuk bisa menjadi pemain bulutangkis yang hebat, seperti King-Liem Swie King idolanya.

Sebuah keinginan mulia. Pak Tejo mendidik Guntur dengan keras, scot jam, lari keliling hingga memarahinya jika kalah dalam pertandingan. Guntur yang merasa semua yang ayahnya lakukan adalah tindakan yang sewenang-wenang, semua yang dilakukannya adalah hukuman. Guntur memberontak dalam diamnya. Karena dia tahu ayahnya adalah keluarga satu-satunya, Ibunya sudah meninggal. Jadi sedapat mungkin Guntur jarang membantah kata-kata ayahnya meskipun dalam hati dia sangat kesal.
Dalam sebuah pertandingan antar sekolah, Guntur yang tidak punya raket, tiba-tiba saja diberi raket oleh Raden sahabatnya, yang mengatakan bahwa raket tersebut dipinjami oleh Raino (Aryo Wahab) yang juga pemain badminton tingkat kampung. Gunturpun akhirnya bisa bertanding dan menang, sayang raketnya rusak. Waktu pulang dia sangat sedih dan berpikir untuk mengganti senar raket dengan senar lain, mengingat itu bukanlah raket pribadi tetapi raket milik orang lain. Segala cara dikerahkan mulai mengganti dengan senar gitar hingga mencuri senar balon…yang akhirnya membuahkan hukuman baginya.
Sebuah keluarga kecil datang di desa itu. Seorang Ibu muda (Wulan Guritno) dan seorang anaknya yang bernama Michelle. Singkat cerita si Michelle yang satu sekolah SD dengan Guntur dan Raden menjadi sahabat mereka berdua.
Prestasi di bidang bulutangkis Guntur sempat diwarnai dengan percekcokan dengan ayahnya hingga tidak bicara beberapa hari karena Guntur berpendapat ayahnya tidak pernah perhatian, tidak pernah memikirkan bagaimana dia dan perjuangannya juga marah karena latihan-latihannya. Namun setelah Raino memberi tahu bahwa ayahnyalah yang meminjam raket untuk pertandingan dan sangat perhatian padanya, Guntur akhirnya luluh.
Raden sahabatnya, yang mengetahui ada club bulutangkis di kelurahan lain yang agak jauh (setelah menguntit ayah Guntur menjual bulu) melihat ada pengumuman penerimaan siswa baru. Terbersit di benaknya, pasti Guntur akan senang jika bisa ikut latihan di situ. Masalahnya hanya satu; untuk ikut latihan harus bayar, sementara dia uang dari mana?
Michelle yang akhirnya jadi teman berunding menyetujui untuk mencari uang dengan cara ngamen di pertunjukan keliling. Uangpun didapat, dan Raden mendaftarkann diri dengan nama Guntur untuk bisa ikut latihan di situ. Setelah beberapa lama Guntur yang asli datang ke sana untuk menemui Raden yang sedang latihan dikarenakan nenek Raden bilang kalau Raden setiap hari latihan dengan marah-marah padanya. Mengetahuinya, Raden akhirnya menyerahkan latihan itu pada Guntur yang asli.
Guntur akhirnya ikut club bulutangkis beneran….setiap hari menempuh perjalanan yang jauh dengan sepeda, hingga pulang malam setiap habis latihan. Saat yang mendebarkan akhirnya datang juga, apalagi kalau bukan pemilihan atlit untuk dikirim ke PB Djarum, ke tempat Liem Swie King berlatih dahulu dan mengantarkannya menjadi juara mengharumkan nama bangsa….akankah Guntur terpilih?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar