Denias
Senandung di Atas Awan
Sutradara : John de Rantau
Produser : Nia Zulkarnaen
Ari
Sihasale
Penulis : Jeremias Nyayangoen
Monty Tiwa
Pemeran : Albert Thom Joshua
Fakdawer
Ari
Sihasale
Nia Zulkarnaen
Marcella Zalianty
Michael Jsakarimilena
Mathias Muchus
Audrey Papilaya
Salah satu film yang menceritakan
Hak Asasi Manusia adalah Denias "Senandung di Atas Awan". Film ini
menceritakan tentang perjuangan seorang anak suku pedalaman Papua yang bernama
Denias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seluruh setting lokasi
dilakukan di pulau Cendrawasih ini. Cerita dalam film ini merupakan adaptasi
dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias. Dalam film ini juga
dapat kita lihat keindahan provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu
indahnya. Selain itu kesulitan dan perjuangannya dalam meraih cita-citanya pun
tergabar dan diceritakan dengan baik di dalam film ini
Film
Denias dikemas sederhana, dengan bahasa sederhana, bercerita tentang kisah
nyata seorang anak yang sangat ingin bersekolah. Denias (Albert Fakdawer) anak
seorang petani di daerah pelosok di pulau Papua di desa Arwanop. Denias
kehilangan ibunya yang meninggal akibat kebakaran yang menimpa dirumahnya. Pada malam
sebelum kematian ibunya, ia sempat berpesan kepada Denias “Sekolahlah
Denias. Kalau kamu pintar gunung pun takut sama kamu”. Ini adalah kata
kunci dari film ini, kata yang sederhana tapi berbobot dan filosofis.
Ada
dua tokoh lagi yang membuat Denias semakin bertekat dan memperjuangkan
keinginannnya untuk bersekolah yaitu figur Pak Guru (Mathias Muchus) dan
seorang TNI yang menjadi sahabatnya Maleo (Ari Sihasaleh) yang menjadi guru
sementara ketika Pak Guru harus pulang ke Jawa di desa Arwanop itu. Maleo
sempat mengajari Denias pengetahuan akan kepulauan Indonesia, Maleo pun
membuatkan puzzle peta kepulauan Indonesia untuk Denias.
Satu
pesan penting dari Maleo yan diingat Denias adalah sekolah bias
dilakukan di mana saja. Maleo juga mengatakan, di balik gunung ada sekolah
dengan fasilitas yang bias dijadikan tempat untuk Denias meneruskan sekolahnya.
Dengan fasilitas ala-kadarnya Maleo mengajar anak-anak daerah terpencil ini dengan
pengetahuan-pengetahuan dasar. Namun sayang persahabatan antara Denias dan
Maleo harus berakhir karena Maleo ditugaskan di tempat lain.
Ayah
Denias tidak begitu memahami keinginan anaknya untuk bersekolah, ia pikir
cukuplah Denias menjadi seperti dirinya. Namun pesan sang ibu selalu
mengiang-ngiang bahwa “gunung takut sama orang pintar”. Maka, Denias pun
akhirnya bertekat untuk memperjuangkan haknya untuk bersekolah di tempat yang
memiliki fasilitas yang layak. Akhirnya Denias pergi dari desanya, melintasi
gunung mencapai kota untuk mana ia dapat bersekolah. Disinilah kisah
petualangan Denias mengarungi hutan dan sungai-sungai. Denias yang penuh
harapan melakukan perjalanannya dengan gembira sambil bernyanyi atau bersenandung
seperti judul filmnya.
Akhirnya
Denias menemukan sebuah sekolah dasar seperti yang pernah diceritakan Maleo,
dan disitu ia bertemu dengan anak gelandangan yang bernama Enos.
Denias pun berteman dengan Enos dan berbagi cerita, ia menyatakan keinginannya
untuk masuk ke sekolah itu. Enos mengatakan itu sesuatu yang tidak mungkin
karena Denias tidak mempunyai orang yang bisa membiayainya masuk ke sekolah
itu. Lama kelamaan ia memberanikan diri bicara dengan salah satu guru untuk
menyatakan keinginannya. Denias diarahkan untuk menemui Ibu Gembala (Marcella
Zalianty), melihat kegigihan Denias dan juga kepandaiannya, ibu Gembala mau
memperjuangkannya untuk bisa sekolah sekaligus diterima di asrama sekolah yang
dikelola oleh pengurus asrama yang diperankan oleh Nia Zulkarnaen. Akhirnya
keinginan Denias untuk dapat bersekolah di tempat yang layak dapat terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar