Ilmu Sosial Dasar Berhubungan Dengan
“Masalah Individu Keluarga dan Masyarakat”
A.
INDIVIDU
Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum,yang
artinya tak berbagi. Dalam bahasa inggris individu berasal dari kata in dandivided.
Yang artinya tidak berbagi.jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memliki unsur jasmani dan rohani,unsur fisik
dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.individu mengandung arti bahwa
unnsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi. jadi sebutan individu hanya
tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohani, keutuhan fisik
dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya.
walaupun secara umum manusia itu memiliki perangkat fisik yang sama, tetapi
jika perhatian kita tunjukan pada perhatian yang lebih detail, maka akan
terdapat perbedaan.perbedaan itu terletak pada bentuk, ukuran, sifat.seorang
individu adalah perpaduan antara genotif dan fenoti genotid
adalah faktor yang di bawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor
keturunan dibawa sejak lahir. berupa sifat atau karakter kita yang mirip orang
tua kita. Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat
yang di bawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat
yang di pengaruhi oleh faktor lingkungan (fenotipe). faktor lingkungan
ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Karakteristik khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan kepribadian.
Menurut Sumatmadja Nursyd (dalam ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR:
Tahun 2005) kepribadian adalah seluruh prilaku indivudu yang merupakan hasil
interaksi antara potensi- potensi biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang
terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental pskologisnya, jika mendapat
rangsangan dari lingkungan. Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan
dirinya dengan yang lain, kepribadian seseorang itu di pengaruhi oleh factor
genotype dan fenotipe yang saling berinteraksi terus-menerus selain individu,
kelompok sosial yang lebih besar seperti keluarga memiliki ciri ,karakteristik,
kebiasaan yang berbeda-beda pula.
B.
KELUARGA
Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari beberapa individu yang
terikat dengan adanya hubungan perkawinan atau darah. Keluarga yang terdiri
dari Ayah, ibu dan anak biasanya di sebut dengan keluarga inti. Keluarga ini
memiliki fungsi dimana individu-individu itu pada dasarnya dapat menikmati
bantuan utama dari sesamanya,serta keamanan dalam hidupnya.
Selain itu dalam keluarga inti, anak-anak yang masih belum berdaya mendapat
pengasuhan dan pendidikan pertama kali, Mattewatie anna ( dalam
Kuntjraningrat1990 :110) Namun menurut sebagian masyarakat bahwa yang disebut
keluarga tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak akan tetapi orang yang
hidup serumah bisa saja di sebut keluarga dengan ada atau tidaknya hubungan
darah.
Dalam suatu keluarga, apa lagi keluarga itu tidak terdiri dari ayah-ibu dan
anak masih ada orang lain yang hidup bersama dalam satu rumah, maka dirasa
cukup rawan konflik. Ini tentunya dalam keluarga tersebut ada aturan-aturan
tertentu yang harus di patuhi, namun belum tentu diterima oleh anggota di
keluarga inti. Pada kehidupan keluarga inti terdapat berbagai macam norma atau
aturan yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai itu seperti: keagamaan, sopan
santun (tata karma), sosialisasi, pendidikan, kejujuran dan lainnya.
Ada bebrapa
faktor dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, antara lain :
1.
Agama
Agama adalah sikap
masyarakat atau kelompok manusia terhadap kekuasaan dan kekuatan mutlak yang
dianggap atau diyakini sebagiai suatu yang menentukan atau berperan menentukan
kepentingan nasib sekelompok manusia itu sendiri, yang kemudian menjadi
suatu sistem untuk mengatur antar hubungan antar manusia dengan
Tuhan, dunia gaib, dan antara manusia dan sesama manusia dengan lingkungan.
Dalam kehidupan manusia, khususnya masyarakat Indonesia agama
merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Hal itu terbukti dengan di
masukkannya keTuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila, yang
merupakan dasar Negara. Ini menujukan bahwa masyarakat Indonesia menghargai
suasana kehidupan yang bersifat keagamaan.
Dalam pendidikan agama, nilai moral menduduki tempat yang sangat
penting. Artinya pendidikan agama lebih cenderung mementingkan nilai moral,
pentingnya pendididkan agama pada kehidupan masyarakat, sebab di dalamnya
terkandung kejujuran, kebenaran, keadilan, dan pengabdian. Bagi warga
masyarakat yang beragama diharapkan dalam kehidupannya dapat bertingkah laku
secara baik ( bermoral) .Artinya orang tersebut dapat bertingkah laku sesui
dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam suatu kelompok.
Nilai-nilai itu tentunya antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Pada
kehidupan keluarga,orang tua pada umumnya mengharapkan supaya anaknya tumbuh
dan berkembang menjadi orang yang baik, soleh atau soleha, anak di harapkan
tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang nista, yang dapat merugikan
orang lain . Apabila seseorang menginginkan keluarganya sejahtera, salah
satunya menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan amoral atau
tercela dengan kata lain keluarga tersebut tentunya dapat dengan baik
melaksanakan ibadah agamanya. para orang tua pada umumnya menyadari pentingnya
pendidikan agama pada anak-anak. Hal ini berdasarkan dari pandangan mereka
terhadap agama sebagai pedoman atau tuntunan hidup.menurut mereka apabila anak
tidak mendapatkan pendidikan agama prilaku anak cenderung sulit dikendalikan.
Ini di karenakan anak tidak merasa mampunyai beban moral, bila melakukan
tindakan kurang terpuji.
2.
Tata karma.
Tata karma atau sering pula yang disebut sopan santun adalah aturan yang
berlaku dalam kehidupan atau pergaulan dalam masyarakat, yang sudah berlaku
secara turun temurun. Dengan adanya tata krama dan sopan santun yang baik dalam
pergaulan di masyarakat diharapkan akan tercipta suatu ketenangan dan
ketentraman hidup.
Di sini orang tua punya peranan yang sangat penting, orang tua dianggap
sebagai tuntunan atau panutan dari anak-anaknya. Dalam menanamkan nilai-nilai
tata krama para orang tua sering menemui hambatan, antaranya adanya pandangan
dari generasi muda, bahwa nasehat orang tua sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa sekarang. anggapan seperti itu sungguh sangat memprihatinkan,
karena bila nasehat orang tua sudah tidak di dengar atau di perhatikan anak,
anak cenderung lepas kendali, dan bisa berbuat semaunya sendiri.
Untuk mengatasi keadaan ini salah satunya orang tua berusaha menanamkan
adab tata karma sejak anak masih kecil, karena anak masih kecil belum
terpengaruh sehingga lebih mudah untuk di arahkan ke prilaku yamg positif.
3.
Perlindungan.
Dalam kehidupan di masyarakat, keluarga merupakan tempat berlindung yang
pertam kali dan paling penting bagi anggotanya. secara sosial budaya keluarga
sebagai pelindung pertama bagi anak-anaknya. Anak selalu dididik, diarahkan dan
dilindungi dari pengaruh linkungan khususnya yang negative bagi perkembangan
jiwanya. semetara secara fisik keluarga berusaha melindungi atau menghindarkan
anak-anak dari serangan penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya
perkembangan fisik atau bahkan merenggut jiwanya.
Perlindungan non fisik bagi perkembangan anak menurut sebagian besar
masyarakat memang diperlukan.hal ini dikarenakan jika tidak dibekali dari awal
tentang masalah-masalah sosial yang nantinya di hadapi dalam pergaulan di
masyarakat, mereka khawatir anaknya cenderung terpengaruh perilaku yang
negative. Perlindunga bagi anak-anak sangat penting dalam kehidupan suatu
keluarga, dalam satu kehidupan harus ada keterbukaan supaya anak mempunyai
keberanian meminta atau mengemukakan masalah yang sedang di hadapinya.
Dengan adanya keterbukaan, maka anak akan merasa di lindungi. Anak merasa
keluarga sebagai tempat berlindung yang pertama. Anak merasa terayomi oleh
keluarga, khususnya orang tua. Kalau perlindungan yang dicari tidak dapat
diperoleh dalam keluarga, anak akan mencari perlindungan yang lain di luar
keluarganya. Jika hal itu terjadi, orang tua akan mengalami kesulitan untuk
mengontrol perilaku anak terutama disaat di luar rumah.
Untuk itu kalau bisa anak sejak dini mulai diperkenalkan dengan nilai yang
kiranya dapat melindungi dari perbuatan tercela atau perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat supaya bisa terhindar dari
hal-hal yang negative,orang tua dituntut mampu memberikan perhatian kepada anak
dan juga mampu menjadi figur yang diteladani oleh anak.Keluarga juga sebagai
pelindung terhadap perkembangan fisik anak-anak. Pekembangan fisik yang
dimaksud dalam kontek ini adalah tentang kesehatan bagi anggota keluarganya.
4.
Keharmonisan.
Hormonis sama dengan selaras atau serasi. Jadi yang dimaksud dalam kontek
ini adalah keselarasan atau keserasian hubungan antar individu didalam satu keluarga
yang terdiri dari beberapa individu. Oleh karena hubungan selaras yang disebut
harmonis ini merupakan suatu cita-cita setiap orang dalam mengarungi kehidupan
berumah tangga. Namun demikian untuk mencapai nilai ideal seperti diatas
kiranya tidaklah mudah. Sebab bagaimanapun dalam kehidupan keluarga tidak akan
lepas sama sekali dari permasalahan atau konflik. Hanya saja tinggal bagaimana
keadaan konflik tersebut, apakah hanya temporer dan mampu diatasi atau sering
bahkan menjurus ke perpecahan.
Menurut Anna Mattewatie (Dalam matindas 1997:6) “ konflik dalam sebuah
keluarga sangat diperlukan.Sebab melalui konflik setiap pihak akan belajar
mengenali individu secara lebih mendalam. Meski begitu tidaklah semua konflik
yang ditampilkan lewat berbagai reaksi perilaku itu bermanfaat bagi kehidupan
keluarga.” Dalam kehidupan keluarga, nilai keharmonisan memang sangat perlu
untuk selalu di junjung tinggi. Konflik dalam keluarga dianggap wajar, asal
tidak berlebihan dan dapat cepat diatasi. Menurut anna mattewatie (dalam
Sumbung 1993:9) “keharmonisan atau kasih sayang mempuyai fungsi sebagai suatu
perwujudan bahwa hakikatnya manusia haruslah saling mencintai dan
mengasihi sesama anggota keluarga.
Untuk itu setiap anggota keluarga diharapkan mampu melakukan komunikasi dan
mau menghargai serta saling pengertian”. Yang lebih penting adalah kedekatan
hubungan orang tua dengan anak yang dibutuhkan anak bukan pemenuhan materi,
namun pemenuhan perhatian, kasih sayang yang diberikan orang tua kepada
dirinya.keluarga yang harmonis memang merupakan keluarga yang ideal dan
dicita-citakan oleh setiap orang yang akan atau baru melangkah kejenjang
perkawinan.
5.
Reproduksi
Mempunyai anak merupakan dambaan dan prestise setiap orang yang sudah
berkeluarga. Baik orang yang tinggal di desa maupun di kota bila sudah
berkeluarga anak selalu di tunggu kehadirannya. Dengan demikian tujuan utama
orang ingin mempunyai anak adaalah alasan emosional. Banyak orang mengganggap
kehadiran anak akan menambah (memberi) suasana hangat dalam suatu keluarga.
suasana kehangatan tersebut mengakibatkan keadaan terasa damai dan tentram.
selain itu masyarakat juga beranggapan ,anak merupakan jaminan bagi hari tua
mereka. Kecuali itu ada alasan lain pada segi ekonomi, yakni mungkin untuk
melibatkan sebayak mungkin anggota keluarga dalam berbagai aktivitas dalam
rangka mencukupi kebutuhan hidup.
Apa yang dikemukakan di atas seperti mempunyai anak dalam jumlah yang
banyak, pada saat ini rupanya sudah mulai di tinggalkan. Selain adanya anjuran
pemerintah agar pasangan usia subur (PUS) megikuti program keluarga berencana (
KB), ada beberapa alasan mengapa mereka menghendaki keluarga kecil yaitu hanya
dua atau tiga anak saja. memang pada masa dulu banyak anak dapat meningkatkan
gengsi, tetapi sekarang zamannya sudah terbalik. Dengan alasan-alasan tertentu
orang tidak lagi mengiginkan anak banyak. untuk membatasi jumlah anak dalam
satu keluarga, maka banyak pasangan suami istri yang mengikuti program KB. Anak
merupakan karunia atau titipan tuhan yang diberikan kepada manusia (orang tua).
Dengan demikian kehadiran anak di tengah keluarga tentunya harus disyukuri.
Oleh karena merupakan titipan, maka kita harus menjaga dan merawatnya sebaik
mungkin, harus bertanggung jawab atas keselamatannya baik di dunia maupun di
akhirat.
6.
Sosialisasi
dan pendidikan
Sosialisasi dan pendidikan ini menjadi fungsi yang sangat penting, sebab
dengan jumlah anak yang sedikit saja dalam masa reproduksi, anak-anak di
persiapkan menjadi generasi yang lebih baik dari generasi yang sebelumnya. Di dalam
keluarganyalah anak mendapat pendidikan dari orang lain, mulai mengenal orang
lain. Jadi proses sosialisasi anak di mulai dari dalam lingkup keluarga
terlebih dahulu. Ini dikarenakan manusia tidaklah seperti binatang yang hidup
tanpa bantuan yang lain
Menurut soekanto manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain mesti
sering kali terdengar orang berupaya untuk hidup menyendiri, namun pada
akhirnya mereka pun akan kembali pada kelompok atau keluarganya.andai kata
manusia dapat hidup sendiri itu hanya sementara waktu. Hal itu menujukan bahwa
sosialisasi dan pendidikan memang sangat penting bagi seseorang. Dengan
demikian proses sosialisasi terhadap anak mempunyai fungsi untuk mengarahkan
supaya anak tersebut nantinya mampu menuju kearah kedewasaan lahir maupun batin
dan mampu pula bersikap mandiri.
Pendidikan selain digunakan sebagai sarana mencari lapangan kerja, juga
dapat berfungsi sebagai modal pergaulan Dalam kehidupan di masyarakat, serta
melatih anak agar lebih bertanggunag jawab atau lebih mampu mandiri.Guna
menambah pengetahuan anak di luar pendidikan formalnya orang tua banyak yang
berusaha mengarahkan anaknya kependidikan les. Alasannya adalah untuk menambah
pengetahuan supaya anak lebih berprestasi.
Dengan demikian orangtua berharap anak akan mudah mencari pendidikan
lanjutan. Oleh karena itu bila anak tidak diikutkan pendidikan di luar jam
sekolah, maka dianggap kurang bisa bersaing dan nantinya mendapat kesulitan
mencari sekolah lanjutan yang lebih berkualitas. Selain pendidikan di luar jam
sekolah, bekal keterampilan juga di berikan orang tua kepada anak.Bekal
keterampilan ini dimaksudkan guna mengantisipasi masa depan anak.Hal ini
melihat kenyataan dewasa ini persaingan mencari kerja semakin tinggi.Untuk itu
orang tua menjaga kemungkinan –kemungkinan yang kurang diharapkan.
Menurut HP Mulyono (dalam anna mattewatie).Bahwa tujuan membekali
keterampilan kepada anak sebagai antisipasi apabila anak tidak mendapat
pekerjaan atau pekerjaan yang di dapat belum sesuai dengan tingkat
pendidikannya, maka sang anak dapat diharapkan menciptakan lapangan kerja
sendiri sesuai bakat dan keterampilannya.Disini orang tua merasa puas, Karena
anaknya bisa mentas, mampu mencari penghasilan walaupun tidak harus menjadi
pegawai, namun disektor lain. Nilai –nilai budaya Dalam keluarga sejahtera Di
dalam sebuah masyarakat yang pernah di kenal, hampir semua orang hidup terikat
dalam jaringan kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan peran (rule
relation).
Seseorang disadarkan akan adanya hubungan peran tersebut, karena proses
sosialisasi yang sudah berlangsung sejak masa anak-anak, yaitu suatu proses
dimana dia belajar mengetahui apa yang dikehendaki oleh aggota keluarga lain,
yang akhirnya menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang dikehendaki. Karya
etika dan moral yang tertua, menerangkan bahwa masyarakat kehilangan kekuatan
jika anggotanya gagal dalam melaksanakan tanggung jawab keluarganya. Confusius
umpamanya berpendapat, bahwa kebahagiaan dan kemakmuran akan tetap ada dalam
msayarakat jika semua orang bertindak “benar” sebagai anggota
keluarga dan menyadari bahwa orang harus mentaati kewajibannya sebagai anggota
masyarakat.( William, 1985;1).
Kedudukan utama setiap keluarga ialah fungsi perantara pada
masyarakat.sebagai hubungan pribadi dengan sturktur social yang lebih besar.
Suatu masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang bermacam-macam
tidak dapat dipenuhi, seperti umpamanya produksi atau makanan. Oleh karena
keluarga itu sendiri terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian dari
jaringan social yang lebih besar.Oleh sebab itu seseorang selalu dalam
pengawasansaudara-saudaranya.yang merasa bebas untuk mengkritik, menyarankan
,memerintah, membujuk, merayu, memuji, bahkan mengancam agar orang itu
melakukan kewajiban yang telah di bebankannya.( William,1985;4).
Keluarga mempunyai beberapa ciri yang mempermudah proses sosialisasi.
Keluarga dapat bertahan lama karena secara biologis manusia mempunyai hidup
yang lebih panjang dibandingkan dengan makhluk lain, serta adanya ikatan-ikatan
antar anggotanya. Hal demikian memberikan kesempatan luas untuk meneruskan
tradisi kebudayaan kepada anak-anaknya. Hubungan keluarga (khusus nya ibu dan
anak) secara emosional sangat erat, ini tentunya mempermudah proses pedidikan
(sosialisasi).
Selain itu adanya pola kekuasaan jiga memberikan kekuatan pada apa yang
dipelajari,yaitu kekuasaan dan kekuatan yang lebih besar dimiliki oleh orang
tuamembut peljaran yang diberikan lebih berkenan bagi anal-anaknya,(William,
1985:37). Namun demikian dimasa sekarang dimana ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang dengan pesatnya, mengakibatkan aktivitas manusia semakin meningkat.
Jumlah penduduk yang terus bertambah da biaya hidup yang semakin meningkat
pula, dibarengi dengan tingkat persaingan mencari kesempatan kerja semakin
ketat. Hal ini mendorong orang untuk meklakukan efisiensi, termasuk didalam
membemtuk keluarga dengan jumlah anggota yang tidak terlalu banyak ( keluarga
kecil).
C.
Masyarakat
Hubungan di lingkungan masyarakat yang terjalin dengan baik merupakan hasil
dari hubungan yang baik antara individu dengan individu dan di dalam hubungan
keluarga. Sama seperti keluarga, masyarakat merupakan media untuk
mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial.
Individu pun tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya
masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan
kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan.
Terdapat berbagai alasan mengapa individu-individu tersebut mengadakan
kesepakatan untuk membentuk kehidupan bersama. Alasan-alasan tersebut meliputi
alasan biologis, psikologis, dan sosial. Pembentukan kehidupan bersama itu
sendiri melalui beberapa tahapan yaitu interaksi, adaptasi, pengorganisasian
tingkah laku, dan terbentuknya perasaan kelompok. Setelah melewati tahapan
tersebut, maka terbentuklah apa yang dinamakan masyarakat yang bentuknya antara
lain adalah masyarakat pemburu dan peramu, peternak, holtikultura, petani, dan
industri.
Di dalam tubuh masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan
sosial, pengendalian sosial, media sosial, dan ukuran sosial. Pengendalian
sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara yang pada dasarnya
bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga masyarakat agar tidak menyeleweng
dari apa yang telah disepakati bersama. Walupun demikian, tidak berarti bahwa
apa yang telah disepakati bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen
di dalam tubuh masyarakat selalu berubah di mana cakupannya bisa bersifat mikro
maupun makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan,
yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas.
Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud
kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari serangkaian
tindakan yang berpola yang bertujuan untuk memenuhi keperluan hidup.
Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses
belajar yang terdiri dari proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub
positif dan kutup negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan
listrik ia akan mampu memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang
cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan
masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan
masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairah.
Dapat disimpulkan bahwaHubungan individu dan masyarakat menurut paham
individualistis.Individualisme suatu paham yang menyatakan bahwa dalam
kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan individu yang lebih
penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang
menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani
kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh
dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum.
Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme
berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti hubungan antar atom-atom
yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah.
Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting dalam
masyarakat.
Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme
suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak
mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu.
Realitas masyarakat itu ada karena individu itu ada. Jika individu tidak ada
maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak tergantung pada
adanya masyarakat.
Dapat
disimpulkan bahwa semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Jika
tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan masyarakat
.individu tidak bias berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan masyarakat
karena keluarga dan masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan aspek
sosialnya. Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari
kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih
kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah,
ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi,
demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah
anak dapat lebih dari satu.
D.
Permasalahan
Sosial dalam Ruang Lingkup Individu
Pada umumnya terjadi karena pengaruh dari
lingkungan luar, baik pengaruh positif maupun negatif. Masalah sosial dalam
ruang lingkup individu juga terkadang timbul pada seorang individu yang kurang
terbuka atau tertutup terhadap dirinya sendiri kepada orang lain. Masalah
sosial yang timbul dalam ruang lingkup individu harus segera diatasi, karena
individu lain dapat terpengaruh oleh individu tersebut.
Masalah sosial dalam ruang lingkup individu
dapat di atasi dengan nasihat, curhat, introspeksi ataupun motivasi yang
membangun mental seorang individu menjadi lebih baik dan bersifat positif.
E.
Permasalahan
Sosial dalam Ruang Lingkup Keluarga
Permasalahan sosial
dalam ruang lingkup keluarga mayoritas terjadi karena ketidak harmonisan
orang tua dalam rumah tangga. Masalah sosial ini cukup serius karena akan
menggangu atau mempengaruhi orang lain seperti kerabat, tetangga ataupun anak.
Seorang anak akan
mempunyai masalah sosial dalam ruang lingkup individu akibat ruang lingkup
keluarganya sendiri bermasalah. Masalah sosial dalam ruang lingkup keluarga
dapat diatasi dengan musyawarah, menyelesaikan masalah yang ada di dalam
keluarga dengan kepala dingin dan bijak dalam mengambil keputusan yang akan
dipilih. Masalah sosial ini juga dapat di atasi dengan saran atau masukan dari
luar seperti kerabat ataupun keluarga yang berdampak positif.
F.
Permasalah Sosial dalam Ruang Lingkup Masyarakat
Permasalahan sosial dalam ruang lingkup
masyarakat bisa dikatakan adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika
terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan
hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya
perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada.
Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan
bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Sebagaimana diketahui, dalam realitas Sosial
memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi masyarakat yang ideal. Dalam
pengertian tidak pernah dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa seluruh
kebutuhan setiap warga masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan sosial
sesuai harapan atau seluruh warga masyarakat dan komponen sistem sosial mampu
menyesuaikan dengan tuntutan perubahan yang terjadi. Dari masa ke masa para
sosiolog mengumpulkan dan mengkomparasikan hasil studi melalui beragam perspektif
dan fokus perhatian yang berbeda-beda, hingga pada akhirnya semakin memperlebar
jalan untuk memperoleh pandangan yang komprehensif serta wawasan yang luas
dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar